Remaja Suka Nongkrong Mestinya Tak Dibiarkan

Ilustrasi menongkrong
Remaja punya kecenderungan suka
menongkrong bersama untuk sekadar kongkow. Orang tua sebaiknya tak
membiarkan hal itu menjadi kebiasaan putra-putri mereka dengan memberi
pengarahan dengan bijaksana agar anak tak terjerumus ke dalam hal
negatif.
Koran O, Jumat (27/9/2013), melaporkan hasil pengamatan polah
remaja Kota Solo, Jawa Tengah yang gemar menongkrong dan tak tampak hal
positif mereka dapatkan. Saat tanda waktu masih menunjukkan pukul 10.00
WIB,
Koran O melintas di daerah Jagalan, Jebres, Solo. Di salah
satu sudut dekat pos kamling Kelurahan Jagalan, terlihat sekelompok
remaja berpakaian seragam putih biru.
Mereka terlihat asyik mengobrol sambil menikmati minuman. Salah
seorang di antara mereka, Ardi, 13, mengungkapkan ia dan teman-temannya
terbiasa menongkrong di pinggir jalan. Tujuannya untuk melepas lelah
sambil memperbincangkan banyak hal. “Senang saja
kumpul sama teman-teman,” ungkapnya saat ditemui
Koran O, Kamis (23/9/2013).
Tak hanya siang hari, Ardi juga mengaku sering menongkrong ketika
malam hari. Ketika menongkrong, ia hanya mengobrol sambil menikmati
makanan ala kadarnya.
Tak jauh beda, kebiasaan menongkrong juga diakui siswa lainnya,
Arifin, 13. Siswa kelas VII salah satu SMP negeri di Kota Solo itu
menceritakan nongkrong menjadi salah satu sarana baginya untuk
bersosialisasi dengan teman-temannya. Tak hanya siang hari, Arifin juga
mengaku sering menongkrong hingga malam hari sekitar pukul 21.00 WIB.
“Kami hanya mengobrol saja tentang banyak hal,” ujarnya.
Salah seorang warga Jagalan, Solo, Sukidi, 54, mengungkapkan saat ini
memang banyak anak-anak remaja yang suka menongkrong. Tidak hanya di
siang hari, terkadang mereka juga nongkrong di malam hari. Bahkan
terkadang hingga larut malam. Sebagai warga, ia merasa risih karena
khawatir aktivitas nongkrong bisa menimbulkan pengaruh negatif bagi
kalangan remaja.
Mengedepankan Hati
Sukidi sendiri, memiliki enam orang anak yang kini sudah dewasa.
Sebagai orang tua, Sukidi termasuk tipe orang tua yang tidak keras dalam
mendidik anak. Ketika menghadapi buah hatinya, Sukidi mengaku lebih
mengedepankan hati. Ketika menginginkan sesuatu dari anak-anaknya,
Sukidi terbiasa memberikan pengarahan kepada buah hatinya secara
pelan-pelan. “Saya biasanya
ngajak bicara mereka di rumah. Saya sampaikan apa yang menjadi keinginan saya sebagai orang tua,” jelasnya.
Salah satunya, kata Sukidi, keinginannya agar buah hatinya tidak suka
nongkrong. Menurutnya, kebiasaan nongkrong bisa mendatangkan dampak
negatif yang justru merugikan. Sebagai orang tua Sukidi juga memberikan
contoh kepada buah hatinya. Sejak muda, ia tak suka nongkrong. Setelah
bekerja sebagai tukang becak, Sukidi terbiasa berada di rumah sejak
pukul 19.00 WIB. “Ya kadang saya keluar rumah sebentar mengobrol sama
tetangga. Tapi tidak lama kemudian saya pulang ke rumah,” ungkapnya.
Karena Sukidi juga tidak pernah menongkrong, ungkapnya, keenam buah
hatinya yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan juga tidak suka
menongkrong. Mereka terbiasa di rumah untuk belajar dan membantu orang
tua.